Archive

Archive for the ‘Lentera Hati’ Category

Bukti Kebenaran Al-Qur’an

October 14, 2016 Leave a comment

quran-reflecions-day-6

Adakah mushaf Al-Qur’an di setiap rumah keluarga muslim? Di duga jawabannya adalah “tidak”! Apakah anggota keluarga Muslim yang memiliki mushaf telah mampu membaca Kitab Suci ini? Diduga keras jawabannya adalah “belum”! Apakah setiap muslim yang mampu membaca Al-Quran mengetahui garis besar kandungannya serta fungsi kehadirannya di tengah tengah umat? Sekali lagi, jawaban yang diduga serupa dengan yang sebelum-sebelumnya.

Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. antara lain dinamai Al-Kitab dan Al-Quran (bacaan yang sempurna), walaupun penerima dan masyarakat pertama yang ditemuinya tidak mengenal baca-tulis. Ini semua, dimaksudkan, agar mereka dan generasi berikutnya membacanya. Fungsi utama Al-Kitab adalah memberikan petunjuk. Hal ini tidak dapat terlaksana tanpa membaca dan memahaminya.

Dari celah-celah redaksinya ditemukan tiga bukti kebenaran. Pertama, keindahan, keserasian dan keseimbangan kata-katanya. Kata yaum yang berarti “hari”, dalam bentuk tunggalnya terulang sebanyak 365 kali (ini sama dengan satu tahun), dalam bentuk jamak diulangi sebanyak 30 kali (ini sama dengan satu bulan). Sementara itu, kata yaum yang berarti “bulan” hanya terdapat 12 kali. Kata panas dan dingin masing masing diulangi sebanyak empat kali, sementara dunia dan akhirat, hidup dan mati, setan dan malaikat, dan masih banyak lainnya, semuanya seimbang dengan jumlah yang serasi sesuai dengan tujuannya dan indah kedengarannya.

Kedua, pemberitaan gaib yang diungkapkannya. Awal surah Al-Rum menegaskan kekalahan Romawi oleh Persia pada tahun 614: Setelah kekalahan, mereka akan menang dalam masa sembilan tahun disaat mana kaum mukminin akan bergembira. Dan itu benar adanya, tepat pada saat kegembiraan kaum Muslim memenangkan Perang Badar pada tahun 622, bangsa Romawi memperoleh kemenangan melawan Persia. Pemberitaannya tentang keselamatan badan Fir’aun yang tenggelam dilaut merah 3.200 tahun yang lalu, baru terbukti setelah muminya (badannya yang diawetkan) ditemukan oleh Loret di Wadi Al Muluk Thaba, Mesir, pada tahun 1896 dan dibuka pembalutnya oleh Eliot Smith 8 Juli 1907. Mahabenar Allah yang menyatakan kepada Fir’aun pada saat kematiannya: Hari ini Kuselamatkan badanmu supaya kamu menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu (QS 10:92).

Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya sungguh mengagumkan ilmuwan masa kini, apa lagi yang menyampaikannya adalah seorang ummi yang tidak pandai membaca dan menulis serta hidup dilingkungan masyarakat terbelakang. Bukti kebenaran (mukjizat) rasul rasul Allah bersifat suprarasional. Ketika masyarakatnya meminta bukti selain nya, Tuhan berpesan agar mereka mempelajari Al-Quran (lihat QS 29:50). Sungguh disayangkan bahwa tidak sedikit umat Islam dewasa ini bukan hanya tak pandai membaca Kitab Sucinya, tetapi juga tidak memfungsikannya, kecuali sebagai penangkal bahaya dan pembawa manfaat dengan cara cara yang irasional.

Rupanya, umat generasi inilah antara lain yang termasuk diadukan oleh Nabi Muhammad : Wahai Tuhan, sesungguhnya umatku telah menjadikan Al-Quran sesuatu yang tidak dipedulikan (QS 25:30).

Tahap pertama untuk mengatasi kekurangan dan kesalahan diatas adalah meningkatkan kemampuan baca Al-Quran. Janganlah anak-anak kita disalahkan jika kelak dikemudian hari mereka pun mengadu kepada Allah, sebagaimana ditemukan dalam sebuah riwayat. “Wahai Tuhanku, aku menuntut keadilan-Mu terhadap perlakuan orangtuaku yang aniaya ini.”[]

Sumber : Lentera Hati: kisah dan hikmah kehidupan / M. Quraish Shihab, -Bandung:Mizan,1994. hlm 27-29

Al-Qur’an Al-Karim : Bacaan yang Mahasempurna dan Mahamulia

October 14, 2016 Leave a comment

holy-quran

Al-Qur’an secara harfiah berarti “bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan”. Al-Quran Al-Karim berarti “bacaan yang mahasempurna dan mahamulia”. Kemahamuliaan dan kemahasempurnaan “bacaan” ini agaknya tidak hanya dapat dipahami oleh para pakar, tetapi juga oleh semua orang yang menggunakan ‘sedikit’ pikirannya.

Tidak ada satu bacaan pun sejak peradaban tulis-baca dikenal limaribu tahun yang lalu, yang dibaca baik oleh orang yang mengerti artinya maupun tidak kecuali “bacaan yang mahasempurna dan mulia ini”. Bahkan, anehnya, juara membacanya adalah mereka yang bahasa ibunya bukan bahasa Al-Qur’an. Bukankah juara juara MTQ tingkat internasional seringkali diraih oleh putra-putri bangsa kita?

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Qur’an, yang dipelajari dan diketahui sejarahnya bukan sekedar secara umum, tetapi ayat demi ayat, baik dari segi tahun, bulan masa dan musim turunnya – malam atau siang, dalam perjalanan atau ditempat berdomisili penerimanya (Nabi saw.), bahkan “sebab sebab serta saat saat turunnya”.

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Qur’an yang dipelajari redaksinya, bukan hanya dari segi penetapan kata demi kata dalam susunannya serta pemilihan kata tersebut, tetapi mencakup arti kandungannya yang tersurat dan tersirat sampai kepada kesan-kesan yang ditimbulkannya dan yang dikenal dalam bidang studi Al-Qur’an dengan tafsir isyari.

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Qur’an, yang dipelajari, dibaca, dan dipelihara aneka macam bacaannya – yang jumlahnya lebih dari sepuluh – serta di tetapkan tata cara membacanya – mana yang harus dipanjangkan atau dipendekkan, dipertebal ucapannya atau diperhalus, di mana tempat tempat berhenti yang boleh, yang dianjurkan atau dilarang, bahkan sampai pada lagu dan irama yang diperkenankan dan yang tidak. Bahkan, lebih jauh lagi, sampai pada sikap dan etika membaca pun mempunyai aturan aturan tersendiri.

Tidak ada satu bacaan pun, selain Al-Qur’an, yang diatur dan dipelajari tata cara penulisannya, baik dari segi persesuaian dan perbedaannya dengan penulisan masa kini, sampai pada mencari rahasia perbedaan penulisan kata kata yang sama seperti penulisan kata “bismi” yang pada wahyu pertama ditulis dengan mengunakan huruf alif setelah ba’. Sedangkan pada ucapan bismillah ditulis tanpa alif dan kemudian ditemukan pertimbangan-pertimbangan yang sangat mengaggumkan dari perbedaan-perbedaan tersebut.

Pernahkan anda menegetahui satu bacaan yang sifatnya seperti ini? Kalu tidak, wajarlah bila Kalam Ilahi yang disampaikan Jibril kepada Nabi Muhammad saw. Ini dinamainya Al-Qur’an, bacaan yang mencapai puncak kesempurnaan.[]

Sumber : Lentera Hati: kisah dan hikmah kehidupan / M. Quraish Shihab, -Bandung:Mizan,1994. hlm 24-26

Mulailah Segala Aktivitas Kita dengan Mengucapkan Basmalah

October 14, 2016 Leave a comment

basmalah-1

Mulailah segala aktivitas kita dengan mengucapkan basmalah, yakni Bi Ism Allah Al-Rahman Al Rahim. Dengan mengucapkan ucapan ini, kita bukan sekadar mengharapkan “berkah”, tetapi juga menghayati maknanya, sehingga dapat melahirkan sikap dan karya yang positif.

Kata bi yang diterjemahkan “dengan”, oleh para ulama dikaitkan dengan kata “memulai”, sehingga pengucap basmalah pada hakikatnya berkata: “Dengan (atau demi) Allah saya memulai (pekerjaan ini).” Apabila anda menjadikan pekerjaan anda “atas nama” dan “demi” Allah, maka pekerjaan tersebut pasti tidak akan mengakibatkan kerugian pihak lain. Karena ketika itu anda telah membentengi diri dan pekerjaan anda dari godaan nafsu serta ambisi pribadi.

Kata bi juga dikaitkan dengan “kekuasaan dan pertolongan”, sehingga si pengucap menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukannya terlaksana atas kodrat (kekuasaan) Allah. Ia memohon bantuan-Nya agar pekerjaannya dapat terselesaikan dengan baik dan sempurna. Dengan permohonan itu, di dalam jiwa si pengucap tertanam rasa kelemahan dihadapan Allah SWT. Namun, pada saat yang sama, tertanam pula kekuatan, rasa percaya diri dan optimisme karena ia merasa memeperoleh bantuan dan kekuatan dari Allah – sumber segala kekuatan. Apabila suatu pekerjaan dilakukan atas bantuan Allah maka pasti ia sempurna, indah baik dan benar karena sifat sifat Allah “berbekas” pada pekerjaan tersebut.

Allah, yang dimohonkan bantuann-Nya itu, memiliki sifat sifat yang maha sempurna. Ada dua sifat kesempurnaan yang ditekankan, yaitu Al-Rahman dan Al-Rahim. Al-Rahman adalah curahan rahmat-Nya secara aktual yang diberikan di dunia ini kepada alam raya, termasuk manusia (mukmin maupun kafir). Sedangkan Al-Rahim adalah curahan rahmat-Nya kepada mereka yang beriman yang akan diberikan kelak di akhirat.

Kedua sifat tersebut – yang ditanamkan dan yang diusahakan untuk memenuhi jiwa setiap pengucap basmalah agar seluruh sikap dan perbuatannya diwarnai oleh curahan rahmat dan kasih sayang – bukan hanya ditanamkan pada sesama mukmin atau sesama manusia, tetapi juga pada binatang, tumbuh tumbuhan, bahkan juga pada makhluk-makhluk tak bernyawa sekalipun.

Ucapkanlah basmalah pada saat anda mulai menulis, niscaya tulisan dan apa yang anda tulis menjadi indah dan benar. Kasih sayang akan tercurah pada pena dan kertas, sehingga anda tidak menyia nyiakannya. Ucapkanlah basmalah pada saat anda memakai pakaian, berjalan, menyembelih binatang, bekerja, berbaring dan sebagainya, agar kasih sayang tercurah pada anda, dan anda pun mampu mencurahkannya pada orang lain.

Salah dan keliru – jika enggan berkata berdosa – orang yang beranggapan bahwa “empat tambah empat sama dengan delapan, baik dengan basmalah atau tidak”. Salah dan keliru anggapan ini, karena dengan basmalah, paling tidak jumlah tersebut diucapkan dan dipaparkan dengan indah dan baik. Sementara bila tanpa basmalah, tidak mustahil jumlahnya dalam catatan delapan tetapi dalam kenyataannya hanya tujuh, yang satu tercecer mungkin ke saku yang enggan mengucapkannya. Maha benar dan Maha indah petunjuk Allah serta Rasul-Nya.[]

Sumber : Lentera Hati: kisah dan hikmah kehidupan / M. Quraish Shihab, -Bandung:Mizan,1994. hlm 21-23